1. Burung Goak (Gagak)
Di
Jawa, sebutan burung ini adalah Goak, karena bunyinya memang “goak”, mungkin di
daerah lain mempunyai sebutan yang lain juga. Burung ini adalah burung paling
misterius bagi orang-orang jawa, karena kedatangannya biasanya menandakan akan
adanya kematian di daerah yang ia datangai. Dan pengalaman pribadi belum lama
ini, hal itu benar-benar terjadi seperti sebelum-sebelumnya. Kemarin tepatnya
tanggal 1 Suro di kampung saya ada tiga orang meninggal dalam sehari dan pada
hari itu sebelumnya ada burung goak yang muncul di sekitar rumah orang yang
pada hari itu akhirnya meninggal. Karena seiring dengan kebenaran akan mitos
tentang kemunculan burung ini, masyarakat masih sangat percaya dengan mitos
pembawa pertanda kematian ini.
2. Burung Deli
Kedatangan
burung deli bagi orang Jawa menandakan akan terjadi hujan lebat disertai angin
ribut yang cukup besar, atau bahkan dengan petir. Tidak ada yang tahu persis
sebenarnya dimana burung ini tinggal, namun kadang saat cuaca sedang mendung
gelap burung ini akan menampakkan diri, kadang dengan jumlah yang agak banyak.
Mitos ini sering terbukti, walau kenyataannya sering terjadi mendung dan hujan,
namun apa bila burung deli ini muncul saat mendung datang, biasanya hujan lebat
dan angin kencang benar-benar terjadi.
3. Burung Prenjak
Selanjutnya
adalah burung yang juga mempunyai sebutan seperti bunyinya yaitu “prenjak”.
Bagi masyarakat Jawa, kehadiran burung prenjak yang tidak seperti biasanya,
misalnya datang di halaman sebuah rumah dan berbunyi nyaring dan keras di
ranting pohon yang sangat rendah, hal itu mendakan akan ada tamu agung, atau
tamu penting, dan bisa juga mungkin kerabat yang sudah lama tidak berkunjung ke
rumah itu. Mitos ini sampai saat ini masih dipercaya, karena memang seperti
pengalaman yang sudah-sudah benar-benar terbukti.
4. Keluar di saat Maghrib
Anak-anak
kecil dalam masyarakat Jawa pada waktu memasuki maghrib biasanya dilarang untuk
keluar rumah atau bermain di luar rumah oleh orang tuanya. Alasanya adalah hal
itu berbahaya, karena pada waktu itu katanya banyak makhluk halus berkeliaran
yang bisa menculik atau dalam bahasa Jawanya “menyelong” anak-anak. Sebenarnya
hal ini juga berlaku sat Dhuhur atau siang hari sekitar jam 12 siang. Kebenaran
mitos ini sempat terbukti, entah itu kebetulan atau memang benar-benar ada,
tetangga saya pernah hilang pada waktu siang hari dan ia bercerita katanya ia
dibawa oleh sesosok makhluk halus dan saat itu ia dalam keadaan setengah sadar.
Ia menceritakan perjalanannya dibawa oleh makhluk itu.
5. Mengambil bunga rias pengantin putri
Kalu
yang ini berkenaan dengan jodoh, biasanya seorang ibu yang mempunyai anak
remaja dan siap menikah akan mengambil sebagian bunga sisa atau bunga yang
dipakai oleh pengantin putri yang sedang menikah. Alasanya adalah mereka
percaya dengan begitu anaknya akan cepat mendapatkan jodoh dan menyusul untuk
menikah. Terus terang saya sendiri kurang percaya dengan mitos ini.
6. Menangkal hujan dengan sapu lidi, cabai
dan bawang merah
Sebagian
masyarakat jawa terutama jaman dahulu percaya, untuk menangkal agar hujan tidak
turun, mereka mendirikan sapu lidi dengan cara dibalik, kemudian ujungnya
ditancapi dengan cabai dan bawang merah. Ini dilakukan biasanya saat musim
panen padi, karena meraka membutuhkan panas matahari untuk mengeringkan padi
hasil panennya. Tapi seiring dengan berkembangnya pengetahuan mereka dan juga
perubahan cuaca yang tidak menentu, cara ini
mulai ditinggalkan.
7. Menabrak kucing hingga mati
Entah
darimana mulanya, masyarakat Jawa tradisional mempercayai bahwa ketika mereka
menabrak kucing di jalan hingga mati, maka mereka wajib untuk menguburkannya
dan mengadakan selamatan kecil. Karena mereka percaya kalau hal itu tidak
dilakukan, maka dikemudian hari mereka akan mendapat kesialan, misalnya dengan
menabrak orang dan kesialan lainnya.
8. Hari baik dan hari buruk
Mungkin
ini mitos yang sudah umum diketahui oleh banyak orang, masyakat Jawa
tradisional percaya apabila mereka ingin melakukan sesuatu yang kiranya
penting, misalnya pernikahan, khitanan, pembangunan rumah dan sebagainya,
mereka akan memperhitungkan hari-hari yang kiranya itu merupakan hari yang baik
atau membawa untung. Saya sendiri kurang mengerti apa yang menjadi kriteria
hari baik atau buruk itu, tetapi itulah kepercayaan yang mengantarkan mereka
pada kedamaian menurut mereka.
sumber : http://heri-sugianto.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar