-
Kesehatan Sudah sangat wajar, seandainya
kita menginginkan anak-anak yang sangat kita kasihi tumbuh menjadi
orang yang bertubuh sehat, berotak cerdas, berjiwa bersih, serta
berakhlak mulia. Agar tubuhnya sehat, mungkin kita akan
berkonsultasi dengan dokter. Agar jiwanya bersih, mungkin kita akan
berdialog dengan ahli ilmu jiwa. Agar akhlaknya mulia, mungkin
kita bertanya kepada para ulama atau tokoh agama. Lalu,
bagaimana agar otaknya cerdas? Bilamana ini terjadi, kita perlu
berbicara dengan para guru yang bertanggungjawab atas pembelajaran
anak-anak kita dikelas.
Pembelajaran tidak ubahnya proses
berpikir atau dengan kata lain merupakan proses pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia
terdiri dari dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing
belahan otak memiliki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu.
Hal ini senada dengan yang dipaparkan Bobby De Porter & Mike
Hernacki sekitar tahun 90-an dalam buku Quantum Learning : Unleashing
The Genius In You, yang diterjemahkan oleh Penerbit Kaifa dengan judul
Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan (1992).
Dalam bukunya itu, kedua penulis menitikberatkan pada upaya untuk
memanfaatkan potensi otak manusia secara optimal.
Kesehatan Proses berpikir otak kiri
bersifat logis, skuensial, linier, dan rasional. Sisi ini sangat
teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran
abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur
ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan
detail dan fakta, fonetik, serta simbolis. (De Porter, 1992). Namun
seperti apakah otak kita sebenarnya, tidak ada salahnya apabila kita
mengenal beberapa bagian penting dari otak kita ini.
Bagian Penting Otak Manusia
Otak manusia secara otak terdiri dari 3 bagian
1. Batang Otak atau Otak Reptil
Dikatakan otak reptil, karena reptil
seperti kadal, buaya punya otak ini. Otak reptil terletak di bagian
bawah tengkorak. Fungsinya untuk mengontrol pernapasan, denyut jantung,
dan reaksi insting dalam keadaan bahaya atau terancam. Kalau kita
mendadak lari karena takut anjing, otak inilah biang keroknya.
Batang otak juga berkaitan dengan
insting untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan spesiesnya. Dua
poin tersebut terlihat pada usaha untuk mencari makanan, tempat
tinggal, bereproduksi –maksudnya menikah untuk manusia- dan mencari
perlindungan. Batang Otak juga bertanggung jawab atas pengendalian
insting primitif dari wilayah pribadi seseorang seperti alasan marah,
terancam atau tidak nyaman ketika seseorang mendekati. Reptil banget
ya? Jika seseorang dominan menggunakan otak reptilnya, dia akan
berperilaku seperti buaya kali, ya. Ia tidak bisa berpikir di tingkat
rumit, bertindak hanya berdasarkan nafsu. Tak percaya, perhatikan
buaya-buaya darat yang berkeliaran di sekitar kita
2. Sistem Limbik atau Otak Mamalia
Otak Mamalia merupakan bagian yang
membungkus batang otak tadi, dengan hypothalamus dan amygdala sebagai
komponen utamanya. Seingat saya hypothalamus inilah yang memproduksi
hormon pertumbuhan seperti testosteron dan progesteron. Hormon inilah
yang membuat seorang anak mulai ‘berubah’ secara fisik seperti orang
dewasa.
Otak mamalia berfungsi sebagai
pengendali emosi, membantu mempertahankan keseimbangan hormonal, rasa
haus, lapar, dorongan seksual, pusat kesenangan, metabolisme dan bagian
penting dari ingatan jangka panjang. Sebagai pengatur emosi dan
ingatan maksudnya: jika kita melakukan sesuatu yang melibatkan emosi
yang mendalam, kita akan lebih mudah mengingatnya; tak gampang lupa. I
see, jadi inilah penyebab kenapa seseorang yang patah hati susah sekali
melupakan kenangan indah bersama si dia. Setiap hal yang dilakukan
bersama si dia, melibatkan emosi secara mendalam, sih. Kenapa hal ini
tidak kita lakukan ketika sedang belajar, ya?
Karena namanya otak mamalia, setiap
mamalia punya otak ini. Mungkin karena itulah mamalia lebih bersahabat
dengan manusia daripada reptil. Lihat deh kucing, masih bisa
dielus-elus, disayang-sayang. Sedang buaya, jangankan mau dielus,
didekati saja mulutnya sudah menganga.
3. Neokorteks atau otak berpikir.
Nah, inilah yang membedakan manusia
dengan mahluk lainnya di muka bumi; otak berpikir! Fungsinya untuk
mengendalikan penglihatan, pendengaran, kreasi, berpikir, berbicara,
dan semua hal yang berkaitan dengan kemampuan yang lebih tinggi atau
intelegensi. Manusia, banget kan!
Neokorteks inilah yang membuat kita;
manusia, bisa mengendalikan nafsu dan emosi. Tidak seperti binatang
yang begitu pengen langsung main serodok. Neokorteks membuat kita
berpikir secara intelek, waras, mengambil keputusan hati-hati, kendali
motorik sadar dan menciptakan gagasan nonverbal. Bersyukurlah karena
Yang Kuasa memberi kita Neokorteks selain otak reptil dan otak mamalia.
Ketiga bagian otak ini menjadi satu
kesatuan. Kesatuan otak ini juga yang kemudian terbagi menjadi belahan
otak kiri dan kanan, sebagaimana yang sudah saya jelaskan di awal.
Keseimbangan penggunaan otak kiri dan kanan sangat penting agar seluruh
potensi kita bisa keluar; bermanfaat untuk kehidupan. Ada kalanya
seseorang cenderung hanya memakai belahan otak tertentu saja. Maka dari
itu, kita harus tahu dulu bagian otak mana yang lebih sering kita
gunakan. Cara gampangnya dengan menganalisa kebiasaan kita dan
mencocokkannya dengan ciri-ciri yang sudah saya sebutkan. Setelah itu
lakukan rangsangan untuk mengaktifkan belahan otak yang lain.
Pembelajaran dan Memaksimalkan Kinerja Otak
Secara neurobiologis, otak manusia
terdiri atas miliaran sel saraf atau neuron yang menyebar di
keseluruhan otak manusia. Seperti yang dikemukakan oleh seorang
neurolog, Gerald Edelman, pemenang hadiah nobel, dibutuhkan lebih dari
32 juta tahun untuk menghitung semua sinaps di dalam otak manusia
dengan kecepatan satu sinaps per detik. Jika dipusatkan perhatian pada
kemungkinan jumlah hubungan saraf di dalam otak, maka didapati jumlah
yang sangat menakjubkan yaitu 10 diikuti sejuta angka nol. Setiap saraf
otak itu saling berhubungan dan berkomunikasi melalui satu hubungan
atau lebih (Restak, 2004:5). Walaupun demikian, setiap saraf yang ada
dalam otak mempunyai tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Misalnya,
kegiatan membaca mengaktifkan area oksipital dan frontal. Mendengarkan
musik dengan mata terpejam mengaktifkan area temporal, frontal dan
serebelum. Di samping itu, secara garis besar, otak otak manusia
terbagi atas kerja otak belahan otak kanan, tetapi aktifitas kerja
kedua otak tersebut tidak terpisah. Aktivitas kedua otak itu saling
menyatu dan juga saling membangun.
Otak manusia terdiri dari belahan otak
kiri dan kanan. Otak kiri atau left cerebral hemisphere berkaitan
dengan fungsi akademik yang terdiri dari kemampunan berbicara,
kemampuan mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan
peristiwa), logika, angka, analisis, dan lain-lain. Sementara otak
kanan atau right cerebral hemisphere tempat untuk perkembangan hal-hal
yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa,
irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang
lain, sosialisasi, pengembangan kepribadian. Para ahli banyak yang
mengatakan otak kiri sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient),
sementara otak kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EI
(Emotional Intelligence) seseorang.
Cara kerja otak kanan bersifat acak,
tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan
cara-cara untuk mengetahui yang bersifat non verbal seperti perasaan
dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan
kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk
dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
Kedua belahan otak perlu dikembangkan
secara optimal dan seimbang. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan
otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan
rasional akan membuat anak dalam posisi ”kering dan hampa”. Oleh karena
itu belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan
otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur `yang dapat
mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang
menyenangkan dan menggairahkan. Dalam standar proses pendidikan, belajar
adalah memanfaatkan kedua belahan otak secara seimbang. Belajar jadi
mudah jika guru dapat menyeimbangkan kedua fungsi otak dalam proses
pembelajaran.
Setiap belahan otak, baik otak kiri
maupun otak kanan pada hakikatnya mempunyai mempunyai tanggung jawab
dan fungsi masing-masing. Misalnya, Otak kiri berkaitan dengan
akademik, seperti perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan
dan logika, sedangkan Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan,
khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna.
Namun, aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah. Aktivitas
kedua otak itu saling menyatu dan juga saling membangun. Sebagai
contoh, ketika melihat beberapa pohon dengan dedaunannya yang
berguguran, tanah yang kering, dan cuaca yang teramat panas. Kita akan
memerikan, menganalisis, dan menggeneralisasikan semua hal tersebut
dengan belahan otak kanan. Setelah hal tersebut dilakukan oleh otak
kanan, maka belahan otak kirilah kemudian yang mengkomunikasikannya
secara verbal. Misalnya, ketika kita berkata, “dedaunan itu banyak
berguguran, tanah yang disekitarnya kering, dan ternyata sekarang
adalah musim kemarau”. Belahan otak kirilah yang bertanggung jawab
terhadap pengolahan bahasa dan mengutarakan konsep-konsep yang ada
dalam persepsi seseorang. Namun, semua merupakan hasil dari
penggeneralisasian yang dilakukan oleh belahan otak kanan. (Restak,
2004:97).
Ke depan, guru dalam melaksanakan
pembelajaran di sekolah hendaknya mengetahui dan memahami bahwa
pentingnya memanfatkan kedua belah otak untuk belajar. Belajar jadi
mudah jika guru dapat menyeimbangkan kedua fungsi otak dalam proses
pembelajaran. Otak kanan sebagai kreativitas dan imajinasi dan juga
merupakan faktor nonkebahasaan dapat memberikan ide bagi otak kiri dalam
melahirkan kata-kata dan bahasa. Kreativitas dan imaginasi sangatlah
penting dalam proses pembelajaran bahasa. Kreatifitas dan imajinasi
perlu dikembangkan. Jika kreatifitas dikembangkan dalam proses
pembelajaran, maka pembelajaran akan menjadi suatu proses yang
menyenangkan bagi siswa. Implikasinya pada diri siswa akan terbentuk
pola pembelajaran yang kreatif dan tidak tergantung pada orang lain. Ini
akan menjadikan siswa lebih siap dan mampu menyesuaikan diri dengan
segala perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam lingkungannya. pesean :
jagalah kesehatan anda :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar